Mahasiswa HI UMY, Fathan Mubarak menangkan Kompetisi Esai Nasionalisme

Juni 9, 2011, oleh: Admin HI

Paham Nasionalisme saat ini telah mengalami pergeseran. Pada awalnya, Nasionalisme merupakan alat yang digunakan para pejuang bangsa ini untuk mencapai cita-cita bersama bangsa. Cita-cita bangsa saat itu adalah meraih Kemerdekaan. Namun, setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan semangat Nasionalisme justru menjadi cita-cita itu sendiri.
Hal tersebut diungkapkan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fathan Mubarak. Fathan merupakan salah seorang dari 20 peserta terbaik dalam Kompetisi Esai 2009 “Menjadi Indonesia” dengan tema “Nasionalisme Ala Gue” yang diprakarsai oleh Tempo Institute.
Dalam kompetisi tersebut, 1.081 naskah masuk ke meja panitia dengan melibatkan 998 mahasiswa dari 207 perguruan tinggi yang tersebar di 65 kota di Indonesia dan 1 perguruan tinggi di Australia.
Melalui proses seleksi, terpilihnya 20 besar esai terbaik dan penulisnya pun mendapat kesempatan untuk mengikuti Kemah Menulis yang diadakan di Wisma Tempo Sirnagalih, Megamendung, Jawa Barat pada 22-27 Oktober 2009 dan dihadiri sejumlah tokoh Nasional.
Fathan mengungkapkan, pada awalnya Nasionalisme lahir dan tumbuh dari semangat ketidakingin dikuasai oleh penjajah. “Oleh karenanya, Nasionalisme muncul sebagai reaksi kesadaran atas realitas sosial yang sedang berlangsung saat itu,” terangnya di Kampus Terpadu UMY, Jumat (6/11).
Namun, Fathan mengakui, setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan semangat Nasionalisme justru menjadi cita-cita. “Jika dulu Nasionalisme dibentuk guna mencapai cita-cita bersama, maka pada masa saat ini Nasionalisme adalah cita-cita itu sendiri. Alhasil, Nasionalisme yang pada awalnya disebut sebagai sesuatu yang historis, namun saat ini sekadar sebagai sesuatu yang normatif. Aspek kebudayaan pun secara otomatis terabaikan,” ujar Fathan.
Sebagai sebuah solusi, Fathan memaparkan upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan jiwa Nasionalisme demi mempertahankan kesatuan wilayah NKRI. “Dalam pelaksanaanya, upaya pertahanan kesatuan NKRI tidak boleh menggunakan cara yang brutal, melainkan dengan mewujudkan pemerataan di segala bidang,” tegasnya.
Fathan menambahkan, eksploitasi sumber daya alam tidak semata-mata digunakan utnuk kepentingan pusat, namun juga memberikan prioritas kepada daerah yang bersangkutan serta menciptakan lapangan kerja yang seimbang bagi tenaga kerja yang tersedia. Selain itu, pendidikan dan kesehatan pun harus juga bisa dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia.
“Tak kalah penting adalah bagaimana Nasionalisme tersebut membentuk identitas kebangsaan Indonesia berdasar keberagaman yang muncul secara ekspresif dari masyarakat, yang dalam konteks desentralisasi, semuanya bisa dirangkum dalam agenda peningkatan kualitas otonomi daerah,” tandas Fathan.
sumber :

http://www2.umy.ac.id/2009/11/mahasiswa-umy-juara-lomba-esai-nasionalisme.umy