Dua Alumni HI UMY Mengabdi Pada Negeri Lewat Program Indonesia Mengajar

Oktober 31, 2012, oleh: Admin HI

Dua Alumni Hubungan Internasional UMY kembali membanggakan almamaternya dengan melakukan pengabdian mengajar  siswa-siswa di tempat-tempat terpencil di penjuru Indonesia bersama dengan 51 mahasiswa terbaik lainnya melalui program Indonesia Mengajar yang diprakarsai oleh Anies Baswedan. Mereka adalah Andi Azhar dan Yustika Noor Arifa, keduanya merupakan lulusan terbaik Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Berikut profil mereka yang dikutip dari website Indonesia Mengajar. Andi, lulusan jurusan Hubungan Internasional UMY ini, pernah dua kali mewakili Indonesia dalam Indonesia-Vietnam Youth Friendship Program di Ho Chi Minh City dan Intercultural Learning and Friendship Program di Bangkok, Thailand.
Dia juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi intra maupun ekstra kampus. Diantaranya adalah Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UMY, Komisi Pemilihan Umum (KPU) UMY, Keluarga Mahasiswa Pelajar Lampung Tengah (GASARLAT) Yogyakarta, BEM KM UMY, Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) Indonesia-Yogyakarta, ASEAN Youth Friendship Network (AYFN)  serta Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (FKMHII). Karena keaktifannya ini, Andi dipanggil untuk mengikuti pendidikan Ketahanan Nasional Pemuda (TANNASDA) Indonesia yang merupakan program dari Kemenpora RI. Andi juga merupakan pendiri dan pemimpin umum Majalah Nusantara.
Walaupun aktif di banyak organisasi, tak membuat Andi lantas tak berprestasi. Terbukti dengan diraihnya dana hibah DIKTI untuk program PKM-P, beasiswa prestasi dari Pemerintah Propinsi Lampung, serta beasiswa dari UMY. Selama masa studinya, ia juga “nyambi” bekerja sebagai Wartawan Swaka SKH Kedaulatan Rakyat, MC, Trainer, Moderator, Motivator, dan EO. Berbekal hobi jual beli, Andi mendirikan usaha Catering di Yogyakarta. (www.indonesiamengajar.org/pengajar-muda/andi-azhar/)
Selanjutnya, Yustika Noor Arifa (akrab disapa Tika Yusuf) merupakan lulusan International Program Ilmu Hubungan Internasional (IPIREL)  UMY, dan berhasil menjadi lulusan terbaik di kampusnya disertai dengan perolehan IPK tertinggi. Mantan Ketua OSIS SMP & SMA Negeri 10 Yogyakarta ini, juga pernah menjadi lulusan terbaik program IPS pada masa sekolah menengahnya. Prinsip self-best, terus dipraktikkan dalam setiap hal yang dilakukannya. Mulai 2007 – 2012, Tika menggeluti bidang broadcasting di Yogyakarta, kemudian dikenal dengan nama Tika Yusuf.
Setelah bergabung dengan 101.7 Swaragama FM, tahun 2009 berhasil menjadi penyiar terfavorit di Yogyakarta dan program morning show yang dibawakannya, Jogja Pagi, menjadi program terfavorit selama 3 tahun terakhir. Tahun 2012, Swaragama FM memberikannya self-titled program yakni Tika and Friends in the Morning. Selain aktif sebagai penyiar radio, Tika pernah menjadi bagian dari manajemen di beberapa perusahaan di Yogyakarta, sebagai manajer marketing, manajer marketing and communication dan terakhir 2011 – 2012 sebagai Head of STC – One Stop Training Center. Dia juga dikenal sebagai Presenter Jogja TV, MC serta Trainer, Speaker dan Guest-Lecture dalam bidang public speaking.
Deretan prestasinya tersebut, membuahkan public trust kepadanya. Tahun 2010 – 2011, Tika menginisasi Komunitas Bicara, program pelatihan ekstrakurikuler broadcasting yang bekerjasama dengan beberapa SMA di Yogyakarta. Dan pada 2011 akhir, berinisiatif membuat program ‘Semoga Harimu Menyenangkan’, sebuah gerakan sosial melalui Rumah Zakat untuk menyalurkan beasiswa kepada yang membutuhkan. Idenya sederhana, mengumpulan Rp 2.000,- selama 50 hari. Gerakan sosial ini melibatkan endorser twitter nasional, lokal, pelaku media cetak, elektronik di Yogyakarta. Tika meyakini bahwa, berbagi bukan mengurangi, berbagi itu menambah.
Persistence, Patience, Pray, Positive merupakan prinsip yang diyakini Tika dan akan membawa pada tingkatan yang sama dengan para role modelnya, Anies Baswedan, Jaya Setiabudi, Jamil Azzaini dan Sri Mulyani. “Kalo kita pinter, kita jago, kita akan lebih bisa membuat banyak orang lagi untuk pinter dan jago”, katanya.  Tika memilih pengabdian melalui Indonesia Mengajar sebagai salah satu jalannya untuk menempa diri dan mengabdi kepada bangsa, serta menjadi pribadi yang memiliki manfaat untuk orang lain, meninggalkan comfort-zone yang dimilikinya. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk setiap sukses bagi setiap orang. Eagle flies alone. (www.indonesiamengajar.org/pengajar-muda/yustika-arifa/)
Andi Azhar Berbagi Pengalaman
Hidup merantau di Kota Jogja merupakan takdir yang harus dijalani Andi Azhar yang merupakan perantau dari Lampung. Akhirnya setelah menamatkan kuliahnya di jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, ia memutuskan untuk berkompetisi dengan ribuan pelamar program Indonesia Mengajar (IM) dari seluruh Indonesia. Setelah melewati berbagai seleksi, akhirnya ia dinyatakan lolos seleksi IM dan berhak mengikuti pelatihan intensif pada 10 September silam.
Saat ditanyai mengenai perasaannya lolos seleksi IM, Andi menuturkan “Saya senang sekaligus haru ketika mendengar hasil seleksi tersebut. Namun, bagi saya ini merupakan jalan untuk mengabdi pada negeri, dan bukan merupakan euforia kemenangan semata, tidak lain lebih kepada euforia untuk mengabdi untuk negeri”.
Terkait dengan proses seleksi di IM Andi menjelaskan, “Saya melakukan pendaftaran awal melalui website IM pada periode April-Mei 2012, tahap pertama ini meliputi seleksi administrasi dan penulisan esai yang terdiri dari motivasi, pionneering, memecahkan masalah, serta memaparkan latar organisasi, dan prestasi. Tahap kedua pada Mei-Juni dilakukan wawancara langsung selama satu hari penuh terdiri atas micro teaching, dan self-presentation. Dalam tahap ini telah tersaring dari 6000 pendaftar, 1200 lengkap berkas, dan 183 orang yang masuk dalam tahap kedua. Setelah dinyatakan lolos tahap kedua, dilanjutkan dengan medical check-up pada awal Juli 2012. Setelah sampai pada tahapan ketiga ini, peserta yang lolos sudah dinyatakan layak untuk mengikuti pelatihan intensif yang dimulai pada 10 September”.
Ditanyai tingkat persaingan dalam program IM, Andi memaparkan, “Dalam program ini tingkat persaingan cukup ketat, karena pendaftarnya banyak dari lulusan luar negeri, maupun aktivis. Namun kuncinya adalah kemampuan untuk menganalisis masalah”.
Terkait dengan kemampuan bersaing UMY, Andi sangat optimis UMY mampu menjadi universitas kelas dunia. Dapat dilihat dari alumni UMY yang kemudian go international !. Salah satu indikatornya, UMY sudah bisa menunjukkan eksistensinya di ajang PIMNAS ke-25 yang menempati posisi ke 8 dari 97 universitas se-Indonesia. Hal ini menunjukkan UMY telah mampu bersaing dengan universitas negeri maupun swasta di Indonesia.
Namun demikian UMY harus terus-menerus membenahi diri. Saat ini sebagian besar generasi muda bersikap pragmatis, dan pada akhirnya terbentuk menjadi mental yang selesai kuliah lalu berorientasi hanya mencari kerja. Hal ini mengakibatkan generasi muda tidak memikirkan lagi orang lain yang di luar sana belum mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan seperti yang dirasakannya saat ini. Bagaimana generasi muda mau peduli dengan nasib bangsa !
Andi menambahkan, pesan saya untuk mahasiswa UMY jangan minder !, yakinlah bahwa kita mampu bersaing. Percayalah bahwa kita mampu menunjukkan pada dunia kemampuan yang kita miliki. Kita tidak perlu minder untuk bersaing dengan mahasiswa perguruan tinggi lain.
Andi lalu membocorkan strategi yang dilakoninya semasa kuliah. Sewaktu kuliah saya sangat menekankan adanya target, sehingga kita ikut arus saja ketika kuliah. Pada tahun pertama saya menargetkan aktif di jurusan, tahun kedua di fakultas/universitas, tahun ketiga nasional, dan tahun keempat internasional. Maksud dari target tersebut adalah kita harus mencari sebanyak-banyaknya pengalaman di organisasi maupun ekstrakurikuler, namun demikian hal tersebut harus senantiasa diimbangkan dengan akademik yang baik.
Ia mencontohkan dirinya yang bergelut di banyak organisasi, tetapi dapat juga meraih akademik yang baik, salah satu buktinya dengan raihan cumlaude pada wisuda periode III UMY tahun 2011/2012, tidak hanya itu ia menjadi perwakilan wisudawan untuk memberikan sambutan dalam acara wisudah. Hal tersebut tidak dapat diraihnya apabila ia tidak dapat menyeimbangkan antara akademik dan organisasinya. Intinya pasanglah target, baik di perkuliahan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Ditanyai proyeksinya kelak ketika selesai menjalani program IM, Andi dengan optimis menjelaskan. Pengajar muda merupakan orang-orang terpilih, tentunya setelah selesai menjalankan pengabdiannya para alumni angkatan sebelumnya telah menunjukkan karir yang cemerlang di bidangnya masing-masing. Di samping itu, kita tentunya tahu siapa dibalik program IM yakni bapak Anies Baswedan. Beliau merupakan salah satu aristokrat yang dibanggakan negeri ini, yang tentunya perlu mengikut jejak-jejak beliau.
Terkait dengan persiapannya memasuki pelatihan insentif, ada dua yang Andi persiapkan yakni fisik dan mentalnya, karena keduanya ini akan menunjang di lokasi penempatannya nanti. Ketika ditanyai dimana lokasi yang ia inginkan ditempatkan, ia menyebutkan Halmahera Selatan.
Akhirnya hingga berita ini diturunkan, Andi Azhar telah ditempatkan di Longkali, Paser, Kalimantan Timur. Saat ini ia mengabdikan dirinya di SD Negeri 019 di Longkali, Paser, Kalimantan Timur. Dari pengalaman yang dibagikannya dapat kita petik hikmah dan pelajaran, bagaimana kegiatan kita perlu disinergiskan baik dari sisi akademik maupun kemahasiswaan, sehingga kelak ketika menyelesaikan perkuliahan kita telah memiliki segudang pengalaman yang akan membuat hidup kita lebih berwarna. (Fikar)