Indonesia Punya Modal Yang Membuat Negara Lain Kaya Raya

April 9, 2013, oleh: Admin HI

Pada dasarnya Indonesia mempunyai modal yang membuat negara lain kaya raya. Lihat saja minyak di Timur Tengah, Batu Bara di Eropa Timur, Gas di China, dan Karet di Malaysia, seluruh sumber daya alam tersebut dimiliki Indonesia, namun justru negara kita ini menjadi negara yang tertinggal.
Demikian komentar Dosen Hubungan Internasional (HI) UMY Sugeng Riyanto, S.IP., M.Si dalam Buletin International Relations Digital Edisi 34 bertajuk Paradox of Plenty. Buletin ini merupakan wadah kreasi mahasiswa HI UMY dalam bidang Jurnalistik yang diterbitkan oleh Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UMY.
Sugeng mengungkapkan bahwa istilah paradox of plenty yang dapat disinonimkan dengan ‘prosperity and scarcity’ dapat diartikan sebagai kelangkaan dan kelimpahruahan. Namun, kelimpahruahan di sini justru menyebabkan Indonesia menjadi tertinggal dari negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang terbatas. Mengapa ?
“Jika dipahami lebih mendalam, sumber daya alam yang melimpah merupakan penyebab rakyat Indonesia menjadi malas, mempunyai daya juang yang rendah, gaya hidup instan, dan kreativitas yang tidak berkembang. Sangat berbeda dengan negara yang memiliki sumber daya terbatas, keterbatasan justru memacu negara mereka untuk maju dan bekerja lebih keras lagi,” ungkapnya.
Dalam pengantarnya, tim keredaksian buletin yang dipimpin oleh Mahasiswa HI UMY angkatan 2011 Mira Dewi menjelaskan bahwa diangkatnya topik paradox of plenty dalam buletin edisi 34 bertujuan untuk menggungah pemikiran mahasiswa HI agar peka dengan permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.
“Topik yang kami angkat merupakan isu yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan intelektual HI, namun kami merasa masih sangat jarang dibicarakan di kalangan mahasiswa. Sehingga harapan kami melalui penerbitan buletin ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menambah wawasan serta mengembangkan intelektualitas dalam mengkritisi isu yang terjadi di ranah Hubungan Internasional,” jelasnya. (fikar)
Baca Buletin IRN Digital di Scribd, atau unduh pada tautan berikut:

Baca di Scribd | Unduh PDF (1.35 MB)