Pentingnya Masalah Perubahan Iklim, Mahasiswa HI UMY selenggarakan Simulasi KTT Copenhagen

Maret 10, 2010, oleh: Admin HI


Hubungan luar negeri selalu identik dengan duta dan diplomat. Menjadi diplomat dan negosiator internasional memang merupakan harapan kebanyakan lulusan prodi hubungan internasional. Untuk menjadi seorang diplomat yang juga merupakan seorang negosiator bukanlah hal yang gampang dan perlu latihan untuk mengasah skill berdiplomasi bernegosiasi, serta penggunaan bahasa internasional.
Oleh karena itu Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KOMAHI-UMY) mengadakan Diplomatic Course dengan agenda simulasi sidang konferensi internasional untuk mengasah skill dan kemampuan para mahasiswa hubungan internasional dalam berdiplomasi, bernegosiasi, dan mengasah kapasitas bahasa inggris. Simulasi ini bertempat di kampus terpadu UMY, Rabu(10/3).
Agenda simulasi kali ini adalah simulasi KTT Perubahan Iklim di Conpehagen, Denmark, yang telah berlangsung pada bulan Desember 2009 lalu. Menurut Fariz Abikarimi selaku ketua panitia Diplomatic Course KTT Perubahan Iklim di Conpehagen di pilih karena saat ini isu lingkungan menjadi penting, bukan lagi hanya pembicaraan dalam forum-forum sains namun sudah menjadi topik penting dalam percaturan politik internasional.
Para peserta simulasi yang berjumlah kurang lebih 100 mahasiswa HI UMY ini di bagi ke dalam 19 delegasi negara. Panitia sengaja membagi delegasi dari negara-negara yang cukup vokal dalam COP 15 di Copenhagen, Denmark yakni negara industri dan maju yang menjadi menjadi penyumbang emisi terbesar seperti AS dan Uni Eropa, Negara berkembang seperti Indonesia, Brazil, negara industri baru seperti Cina dan India, serta negara kepulauan seperti Barbador yang menjadi “korban utama” dari perubahan iklim.”Pemilihan negara dari kepentingan yang berbeda ini di maksudkan agar setiap peserta simulasi memahami benar bagaimana memperjuangkan kepentingan namun ala diplomat,”ungkapnya
Selain untuk mengasah pemahaman materi isu dan wacana lingkungan serta politik lingkungan, menurut Fariz, para peserta juga dilatih untuk bagaimana menyatakan pendapat, membantah pendapat pihak lain, bahkan menginterupsi. Serta para peserta dilatih kemampuannya dalam berbahasa inggris yang baik dan benar. “Karena simulasi ini menggunakan bahasa inggris secara penuh”paparnya.
Simulasi ini dipandu oleh Tri Tryhat Ketua Kelompok Kerja Post Kyoto-2012 Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan Rima Cempaka, staff Departemen Luar Negeri (DEPLU) yang telah mengikuti KTT Perubahan Iklim di Conpehagen, Denmark. Menurut Rima simulasi KTT ini penting bagi para mahasiswa Hubungan Internasional untuk mendapatkan pandangan tentang bagaimana keadaan konfrensi sebenarnya. “KTT Perubahan Iklim ini sebenarnya tidak setenang yang kita lihat di televisi, ada banyak pergulatan di dalamnya “ungkapnya.
Rima melihat bahwa dalam simulasi kali ini para mahasiswa sudah bersimulasi dengan cukup baik. Baik dari penguasaan forum, penguasaan isu dan wacana, serta penguasaan bahasa. “Para peserta dari tiap delegasi cukup vokal dalam memaparkan ide-idenya. Mereka tidak terlalu normatif, cukup banyak dialektika yang terjadi, layaknya di Conpehagen, namun para mahasiswa memang masih harus banyak belajar lagi untuk bisa menjadi diplomat dan negosiator yang unggul,”tandasnya.
sumber:

http://www.umy.ac.id/komahi-umy-adakan-simulasi-konferensi-internasional.html