Mahasiswi HI UMY Wakili Indonesia Mengikuti International Media Training Camp di Turki

October 22, 2019, oleh: Admin HI

 

Islamic Cooperation Youth Forum (OIC Youth Forum) bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Turki serta Anadolu Agency mengadakan International Media Training Camp for Young Men and Young Women di Samsun, Turki. Adapun untuk Young Men 2019 diadakan sejak tanggal 15 sampai 21 September 2019 dan untuk Young Women sejak tanggal 23 sampai 29 September 2019. Dari lebih 10.000 calon peserta yang mendaftar, dipilih sebanyak 108 peserta dari 43 negara.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim, Indonesia memiliki dua orang perwakilan yang dipilih oleh panitia penyelenggara untuk mengikuti International Media Training Camp for Young Women 2019. Rifkha Aulia Fazrianti Zaelani, Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2016, terpilih menjadi satu satunya peserta yang datang langsung dari Indonesia. Dan Haura yang merupakan mahasiswi jurusan Media and Communication asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikannya di Ibn Haldun University, Turki.
Acara International Camp tersebut diselenggarakan selama satu minggu di Samsun, sebuah provinsi di Turki dekat tepi Laut Hitam. Peserta Camp mendapatkan pelatihan secara intensif dari pembicara ahli dari Aljazeera, Anadolu Agency, juga perwakilan dari OIC Youth Forum. Pelatihan yang dilakukan terfokus pada peningkatan skills jurnalistik perempuan muda Muslim khususnya bagaimana menggunakan media untuk menjaga citra baik Islam. Materi utama yang disampaikan antara lain applied interview techniques, news writing techniques, social media application, agenda and resource in journalism, internet journalism, photo applications, conflict analysis and crisis reporting, youth and journalism, social media campaign, media and Islamophobia, serta pelatihan khusus live report dari Aljazeera.
Rifkha adalah mahasiswi aktif UMY yang mengikuti UKM Student English Activity di Ministry of Media and Literature, serta pernah menjadi pengurus KOMAHI UMY di Divisi Pers Mahasiswa. Mengikuti International Media Training Camp ini, Rifkha mengaku bahwa memang segala sesuatu yang kita lakukan memiliki impact yang besar untuk kehidupan. Kegiatan organisasi di kampus, juga menjadi mahasiswi UMY yang memiliki tagline ‘Muda Mendunia’ serta ‘Unggul dan Islami’ secara tidak langsung membentuk karakter dirinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan sejatinya dikembalikan sebagai sarana untuk dakwah.
Terutama di zaman sekarang, di mana media memainkan peran penting dalam membentuk Islamophobia dan lebih jauhnya menciptakan citra dan stereotypes mengenai Muslim dan Islam. Di mana Media, cenderung mengintrepertasikan Muslim kepada publik bahwa Muslim adalah sebuah ancaman, konotasi negatif, seperti extremism, terrorism, dan fundamentalism. Maka merupakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab seorang Muslim lah yang juga bisa menggunakan media sebagai senjata. Untuk menyampaikan kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia bahwa Islam adalah Rahmatan Lil’alamin. Rahmat bagi seluruh semesta alam raya.
“Di negara yang Muslim sebagai minoritas, media menjadi sumber utama bagi publik untuk mendapatkan informasi mengenai Islam dan Muslim. Bertemu dengan teman teman perempuan Muslim dari seluruh dunia di International Media Training Camp ini, terutama dari negara konflik seperti Syria, Sudan, Iraq, dan Palestina, membuat saya semakin menyadari bahwa dampak yang diberikan media sangat besar. Bagaimana #BlueForSudan memberikan pengaruh terhadap demokrasi di Sudan, ternyata, bahkan dalam menggunakan media sosial seperti Instagram pun, kita, selaku Muslim memiliki misi yang sangat besar. Adanya Muslim di sosial media bukan sebagai dukungan terhadap produk non muslim, akan tetapi, harus sebagai representasi yang baik. Karena jika tidak ada Muslim di sosial media, maka Islam akan direpresentasikan oleh mereka yang bahkan tidak tahu menahu tentang Islam,” jelas Rifkha.
“Mereka yang memiliki kekuasaan terhadap media, berbagai platform, adalah mereka yang memiliki hak untuk mengatur bagaimana informasi bisa dibungkam ataupun disebarkan. Banyak berita penting mengenai penderitaan saudara seiman kita yang dihapus begitu saja dengan notifikasi yang muncul bahwa postingan tersebut bersifat menyinggung, disaat tidak ada unsur menyinggung sama sekali. Muslim hanya ingin mengatakan khususnya kepada sesama saudara Muslim lainnya bahwa Dunia Islam saat ini sedang tidak baik baik saja,” tutup Rifkha mengakhiri penjelasannya.