Mahasiswa HI UMY Rekomendasikan Bahasa Indonesia sebagai Embrio Bahasa ASEAN

November 1, 2013, oleh: Admin HI

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY)  terpilih sebagai pemakalah dari ratusan abstrak yang diseleksi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada Kongres Bahasa Indonesia (KBI) X yang digelar di Grand Sahid Jaya, Jakarta, 28-31 Oktober 2013. Tema Kongres yang diusung tahun ini yakni “Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional”.
Achmad Zulfikar (HI 2010) merupakan satu-satunya peserta kongres yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Ia tampil dengan makalah berjudul “Bahasa Indonesia Sebagai Embrio Bahasa ASEAN”. Makalah ini memaparkan peluang dan tantangan penggunaan bahasa Indonesia di dunia internasional, khususnya dalam rangka menyongsong ASEAN Community 2015.  “Seringkali bahasa Indonesia hanya dipandang sebagai alat komunikasi semata. Namun, sebenarnya bahasa Indonesia sangat berpotensi sebagai alat diplomasi kebahasaan,” tuturnya.
Menurutnya, peluang ini jelas terbaca lantaran bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia, ternyata dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh warga Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan selatan Thailand. Selain itu, faktor lain yang bisa mempengaruhi berjalan tidaknya diplomasi kebahasaan ini adalah kekuatan nasional yang dimiliki Indonesia, berupa Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlimpah. “Tentu kekuatan nasional ini akan menjadikan diplomasi semakin efektif,” sambungnya.
Namun, dalam perjalanan diplomasinya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, khususnya bahasa ASEAN, Indonesia juga dihadapkan pada beberapa tantangan. Antara lain, rivalitas dengan Malaysia yang hendak pula mempromosikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan di ASEAN. “Selanjutnya, rintangan juga datang dari beberapa negara ASEAN yang bukan penutur bahasa Melayu ataupun Indonesia. Misalnya Kamboja, Viet Nam, Laos, Myanmar, Thailand, dan Filipina,” jelas mahasiswa asal Makassar ini.
Sehingga, perlu adanya sinergi dari beberapa pihak jika menginginkan Indonesia sebagai pionir dalam menduniakan bahasa Indonesia. Pakar bahasa dari seluruh ASEAN harus segera merumuskan struktur bahasa ASEAN agar bisa menjadi rujukan bagi pembuatan kebijakan para petinggi ASEAN. Pekerjaan rumah juga menanti untuk Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud untuk menindak lebih lanjut realisasi bahasa ASEAN. “Yang tak kalah penting, ketangkasan Kementerian Luar Negeri RI dalam memberikan masukan dan arahan akan sangat dapat merealisasikan wacana bahasa ASEAN ini”, tutupnya. (diah)
Tertarik dengan gagasan ini? Penulis dapat dihubungi melalui email apa@kabarfikar.com.