Islam dan Ilmu Hubungan Internasional: Upaya Mengintegrasikan Nilai-Nilai Keislaman dalam Proses Pengajaran (Bag. 1)

April 20, 2013, oleh: Admin HI

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.” (QS. Al-Hajj: 70)
Islam Universal dan Kesempatannya
Sejatinya kita semua mengenal bahwa Islam adalah agama yang syamiil (universal) dalam mengatur kehidupan manusia secara keseluruhan. Universalitas tersebut meliputi berbagai macam aspek kehidupan yang menjadi perhatian manusia, mulai dari politik hingga kesehatan, mulai dari kita beraktifitas pagi hingga beristirahat dimalam hari. Demikian dikarenakan Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia tidak lain sebagai “guidebook” kehidupan yang termaktub dalam sumber pedoman utama yaitu Alquran dan Hadist.
Namun patut disayangkan universlitas Islam tersebut belum sepenuhnya kaum muslimin bisa aplikasikan dalam kehidupan keseharian, terlebih dalam hal disiplin ilmu, saat ini para ilmuwan muslim, yakni sejatinya adalah kita, belum memaksimalkan intergrasi nilai-nilai Islam dalam bidang keilmuan yang kita, khususnya ilmu Hubungan Internasional. Universalitas Islam dalam menjadi rujukan umat Islam sejatinya merupakan kesempatan sangat luar biasa menjadi jalan yang diambil oleh para ilmuwan Muslim dalam memandu pengembangan setiap disiplin ilmu baik eksakta maupun sosial yang inovatif, bermoral, dan bermanfaat.
Dengan memadukan antara ilmu empiris yang didapatkan oleh manusia beserta ilmu Allah yang termaktub didalam Al-Qur’an dan Hadist maka menjadi semakin lebih berkembang dengan inovasi-inovasi terbaru dan menuju suatu tujuan ilmu itu sendiri yaitu rahmatan lil alamiin (manfaat secara seluruh umat manusia).
Allah SWT berfirman,“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109) sungguh ilmu Allah tiada habisnya jika kita terus mengkajinya.
Integrasi nilai-nilai keislaman dalam disiplin ilmu memiliki jaminan yang terarah baik dalam pola kehidupan didunia dan dihari akhir. Saat ini ilmu yang adalah masih cenderung bertumpu pada kecenderungan duniawi yang tidak melihat kehidupan ke depan disebabkan pula karena pola pikir penggagas dan penemu yang belum sepenuhnya mengenal Islam dan bahkan tidak mengetahui akan Tuhan. Keterjaminan lurusnya ilmu yang berbalut dengan dengan intergrasi Islam tergambarkan dari sabda Rasulullah Saw,“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku (Hadist)…” (HR. Imam Malik).
Penulis yakin, disebabkan karena Islam adalah agama yang universal maka dalam setiap disiplin ilmu memiliki porsi-porsinya dan pasti kita akan menemukan keterkaitan bukti wahyu Ilahiah dalam ilmu yang kita kaji baik yang disengaja maupun tidak disengaja dalam mencari keterkaitan tersebut. Apabila kita melihat secara historis bahwa segala aspek yang di manajemen dalam integritas nilai-nilai Islam didalamnya mampu mencapai kesuksesan baik di dunia terlebih di akhirat, aspek historis tersebut dibuktikan dengan Rasulullah SAW melakukan revisi terhadap kehidupan jahiliah masyarakat Mekkah sebelum di masa dakwah beliau. Rasulullah SAW yang dikenal memiliki karakter kredibel dan integritas untuk menyebarkannya wahyu Ilahiah membawa masyarakat Mekkah mengenal Allah SWT dengan berada di dalam kehidupan yang madani.
Di bawah naungan Islam di masa khalifah-khalifah setelah Rasulullah SAW mampu mencetak tinta emas di berbagai disiplin ilmu baik eksakta maupun sosial pada masa dark age (masa kegelapan) bagi dunia barat (daerah-daerah Eropa) yang masih jauh dari nilai intelektual dan moral. Sebagai contoh beberapa ilmuwan Muslim diantaranya Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (780-850 M) pakar di bidang Matematika, Astronomi, dan Geografi; Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicenna, yang hidup antara tahun (986-1037 M) pakar di bidang kedokteran; Ibnu khaldun (1406 M) pakar di bidang ilmu sosial-politik; dan lain sebagainya. Itulah bukti nyata prestasi nilai-nilai Islam yang teraplikasi dalam ilmu pengetahuan. Melalui Islamlah gerbang ilmu pengetahuan para ilmuan muslim ini berkibar dimasa keemasannya.
Dalam pengantar awal inilah perlu kita renungkan kembali bagaimana para ilmuwan Muslim terdahulu meraup ilmu pengetahuan dalam hasil kedekatannya bersama nilai-nilai Keislaman yang mereka miliki. Inilah sebagai kesempatan kita ilmuwan Muslim di masa ini dalam berinovasi lebih jauh dari hasil karya keilmuan kita yang tidak hanya empiris namun juga terarah secara lurus dalam panduan wahyu Ilahiah.
“Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah SWT. “Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)
Wallahu a’lam…
Oleh:
Muh. Agoes Aufiya, S.IP
Alumni HI UMY Angkatan 2008