Alumni HI UMY Berbagi Pengalaman Kerja Lapangan di Kelas

Desember 31, 2012, oleh: Admin HI

Hermayani Putra, S.IP. merupakan salah satu alumni Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) yang ditemui pada saat Sarasehan Alumni dalam rangkaian acara Reuni Akbar dan Musyawarah Nasional Keluarga Alumni UMY (MUNAS KAUMY) V. Ia menuturkan pentingnya kehadiran alumni secara regular di kampus untuk memberikan sinkronisasi pemahaman kepada mahasiswa antara kurikulum yang dipahami dan kenyataan di lapangan.
Pernyataannya tersebut dibuktikan dengan kehadirannya di tengah-tengah mahasiswa mengisi tambahan materi terkait peran World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia sebagai kekuatan politik pada mata kuliah Analisis Kekuatan Politik (AKP) yang diampu oleh Ade Marup Wirasenjaya, S.IP., M.A. di Ruang Kelas E.4.101, Sabtu (29 /12).
Herma memaparkan bahwa pada dasarnya organisasi non pemerintah (ornop) seperti WWF mempunyai tiga peran inti.
“Peran yang dimiliki ornop, seperti WWF, dan juga bisa dianalisis melalui beberapa jenis kekuatan politik lainnya memiliki tiga peran yakni peran diskursif (wacana), regulatif (aturan), dan evaluatif (pengawasan),” paparnya.
Terkait peran WWF Indonesia, Herma mencontohkan Heart of Borneo (HoB) yang merupakan salah satu proyek yang diinisiasinya bersama rekan-rekannya dalam jaringan WWF.
“Salah satu contoh efektivitas peran WWF Indonesia di Kalimantan adalah terealisasinya kawasan Heart of Borneo (HoB).  Pada awalnya HoB bertujuan untuk menyelamatkan kondisi lingkungan di Kalimantan yang semakin memprihatinkan. Namun seiring berkembangnya ide ini, justru menjadi agenda bersama 3 menteri yang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Dalam tataran regulatif, WWF bekerjasama dengan pemerintah menginisiasi Kawasan Strategis Nasional yang didalamnya terdapat Hutan Lindung, dan Taman Nasional. Sedangkan peran evaluatif dijalankan dengan melakukan evaluasi kerja terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama yang dilakukan terkait dengan ide yang diperjuangkan ini,” paparnya.
Herma menjelaskan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan merupakan kekuatan utama untuk menunjukkan kepada khalayak terkait hal yang sebenarnya terjadi, sehingga tidak sekedar idealisme di atas kertas.
“Kekuatan kerja di lapangan yang telah kami lakukan menjadi modal untuk memberi masukan kepada pemerintah. Tidak hanya itu, lembaga pemerhati lingkungan maupun organisasi internasional biasa memanggil perwakilan WWF untuk berbicara di beberapa konferensi baik di dalam maupun luar negeri, untuk mendengarkan hasil kerja kami di lapangan,” jelasnya.
Terkait dengan ranah kerja WWF, Herma menambahkan bahwa unsur Hubungan Internasional sebenarnya masih tetap digunakan, bahkan sangat intensif.
“Jangan kira sebagai WWF Indonesia kami hanya bergerak di ranah lokal saja, di sini kami menggunakan perspektif bekerja dari lokal sampai global. Mulai dari pelibatan masyarakat lokal, sampai menggunakan jaringan WWF se-dunia untuk mendukung isu yang sedang kami kampanyekan. Bahkan sekecil apapun isu tersebut, kami selalu berusaha mengangkat ke tingkat yang lebih luas agar kampanye kami didengarkan,” tambahnya. (Fikar)